Jumat, 18 Januari 2013

Enaknya Nikah Muda…

Dulu, sebelum menikah, ketika ada yang orang bertanya, kapan saya berencana menikah.. maka saya menjawab,
“Iin sya Allah paling telat umur 20, saya menikah”.
Alhamdulillah keinginan saya diridhoi Allah. Di awal umur 20 tahun, saya bisa menggenapkan setengah dien saya.
Mungkin orang lain akan berpendapat:
“Wahh muda amat??” atau
“Ah gue pengen kerja dulu, menikmati hidup dulu”
“Aduh, aku-ya aja masih kayak gini, masa mo nikah?”
Ya, memang tidak bisa dipungkiri, banyak pendapat akan bermunculan. Tapi inilah jalan hidup saya, dan bagi saya, menikah dini itu memiliki banyak keutamaan. Kenapa menunda-nunda untuk mendapatkan banyak keutaman itu? : )
Awalnya, sejak SMP, papa saya sudah sering mengatakan kepada saya dan adik-adik. Kalau kamu suka sama seseorang dan ada orang lain yang suka sama kamu itu wajar, tapi papa tidak mngizinkan kalian pacaran. Alhamdulillah. Meski bgitu, papa sangat mengizinkan bagi anak-anak perempuannya jika sudah lulus SMA dan ada yang ingin mempersunting, ya silahkan menikah jika ia baik agama, akhlaq, pendidikan, dst. Tapi ada syaratnya, yaitu: kuliah jalan terus. Dan tentu saja sang suami yang harus menanggung tanggung jawab membiayai kuliah istrinya. Karena sejatinya, memang tanggung jawab sudah beralih ke sang suami.
Mengenai syarat papa bagi kami anak-anak perempuannya untuk minimal lulus S1, tentu saja beliau ada alasan tersendiri, dan kami hargai alasan tsb. Terutama, karena kita tidak tahu, sampai kapan umur seseorang. Kalau saja terjadi musibah dan Allah menakdirkan suami kita dipanggil oleh Allah dengan cepat, sedangkan jika yang terjadi adalah kita berhenti kuliah, sedangkan sudah ada anak yang akan kita tanggung, dsb. Stidaknya, jika sudah lulus kuliah, kita bisa mencari pekerjaan dengan “ijazah” kita. Ya, itu yang ada dalam jalan pikira papa. Tidak ada yang salah, menurut saya. Papa toh tidak mewajibkan kami untuk melanjutkan S2, kalau untuk melanjutkan kuliah, itu sudah urusan kami masing-masing, dan tergantung suami, ridho atau tidak. Tapi permintaan papa paling tidak, harus lulus S1.
Berbeda dengan anak-anaknya yang perempuan, bagi dua orang adik saya yang laki-laki, papa malah mensyaratkan mereka untuk lulus kuliah dulu, dapat pekerjaan yang baik dan layak, barulah boleh menikah. Lagi-lagi, alasannya, secara pribadi bisa saya terima. Karena sebagai laki-laki memang mempunyai kewajiban untuk membiayai anak dan istrinya.
Karena sudah mendapatkan izin itu pula lah, saya berkeinginan untuk menikah muda. Sejak SMA, keinginan itu ada. Maka sahabat-sahabat saya tak heran lagi jika saya menikah duluan, dibanding mereka. Dari SMA pun saya sudah banyak membaca buku-buku tentang pernikahan. Saya juga tercatat menjadi orang kedua dari angkatan saya (2006) di SMAN 78, yang menikah. Pemegang rekor adalah: sahabat saya sendiri, Steffi Triani Arnov. Ia menikah ketika sudah dinyatakan lulus SMA dan belum lagi memasuki dunia perkuliahan. Alhamdulillah. Tapi, ada yang lucu waktu itu.. Karena teman-teman yang lain, di ROHIS SMA terutama, menyangka yang akan menikah adalah Afra, bukan Steffi.
Persiapan dan usaha demi usaha pun saya jalani. Karena saya berpikir, bertemu jodoh itu juga perlu usaha. Kalau diam-diam saja, kapan mau nikahnya? : ) . Memang untuk menikah, diperlukan banyak persiapan, ya mental, fisik, energi, financial, dan tentu saja, ilmu. Jadi, bagi teman-teman yang juga ingin menikah dini, ya persiapkanlah diri dari sekarang, bukan “ntar-ntar”. Karena menikah bukanlah permainan :D
So, di umur berapa kalian berencana menikah?

1 komentar:

  1. Terima kasih, artikelnya membuat saya makin terobsesi untuk segera nikah muda
    Artikelnya keren abis dehh.

    BalasHapus