Jumat, 18 Januari 2013

Ruwatan: Cara syirik Untuk Keselamatan

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ruwatan adalah tradisi jawa sebagai prosesi spiritual untuk membuang kesialan hidup. Kemudian disikretiskan dengan ajaran agama untuk supaya dibebaskan dari malapetaka dan bala'. Intinya minta perlindungan dan keselamata
n dari berbagai keburukan dan musibah. Masalahnya, dalam keyakinan awalnya, permohonan itu ditujukan kepada selain Allah, Betoro Kolo. Sehingga setelah diadakan ruwatan maka akan terhindar dari dimangsa Betoro Kolo dan terbuang sialnya.

Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang menguasai kebaikan dan kemudharatan. Hanya Dia yang punya kuasa menurunkan kebaikan  dan menimpakan keburukan kepada hamba-Nya, dan juga menghindarkannya. Apabila ia menghendaki itu menimpa kepada hamba-Nya maka tidak ada yang bisa mengelakkannya. Konsekuensinya, tidak boleh memberikan ibadah kepada selain-Nya dan tidak boleh pula berdoa (memohon kebaikan atau dihindarkan dari keburukan) kecuali hanya kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim"." (QS. Yunus: 106)
Maksudnya: Janganlah engkau ibadahi selain Allah itu (dari patung dan berhala-berhala) dalam rangka mengharapkan kemanfaatan atau takut akan kemudharatan mereka. Sesungguhnya mereka itu tidak kuasa memberikan manfaat dan mudharat. Jika engkau (Wahai Muhammad) tetap lakukan itu, engkau seru mereka selain Allah, " maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim,"yakni: engkau termasuk orang yang menyekutukan Allah yang telah menganiaya diri sendiri.
Ayat-ayat yang menerangkan akan kekhususan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam masalah memberikan manfaat dan menimpakan mudharat, kuasa berbuat apa saja terhadap makhluk-Nya, tidak ada yang bisa membatalkan keputusan-Nya dan tidak ada pula yang kuasa menolak ketetapan-Nya. Di antaranya,  
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-An'am: 17)
قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
"Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Zumar: 38)
Setelah jelas bahwa hanya Allah saja berhak diibadahi, Dia Pencipta semua makhluk, Dia semata Penguasa manfaat dan mudharat, sementara selain-Nya tidak mampu melakukan itu, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam diperintahkan: "Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri"."
Maksudnya: kepada-Nya semata seharusnya mereka bersandar dalam memperoleh kebutuhan mereka dan menghindarkan diri dari keburukan-keburukan. Maka Dzat yang ditangan-Nya semata kekuasaan, Dialah yang mencukupkan kebutuhan mereka dan menghindarkan mereka dari yang apa yang ditakutkan.
Sisi lain kesyirikan dalam ruwatan bisa terjadi dari sisi ketundukan dan ketaatan. Yaitu, ruwayan adalah produk dari sebuah keyakinan yang dibisikkan oleh syetan untuk menyembah kepada selain Allah. Maka milik siapa syariat ruwatan itu maka kepadanya ibadah ketaatan diberikan. Karenanya, jika menggunakannya ruwatan sebagai sarana untuk meminta keselamatan kepada Allah, itu salah besar. Karena Islam telah menetapkan syariat meminta pertolongan dan keselamatan. Jika mengerjakan syariat tersebut maka ia telah ibadah kepada pembuatnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (QS. Al-Syuura: 21) Wallahu Ta'ala A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar