Minggu, 20 Januari 2013

Inilah Sebab Utama Kebahagiaan Dunia-Akhirat

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam teruntuk hamba dna utusan-Nya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebab paling pokok dan paling utama kebahagiaan hidup dunia dan akhirat adalah iman dan amal Shalih. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)

Allah mengabarkan dan menjanjikan kepada orang yang menggabungkan antara iman dan amal shalih dengan hayah thayyibah (kehidupan yang baik) di dunia dan balasan yang lebih baik di Daar Qarar (negeri dunia dan degeri keabadian/akhirat)
Hayah Thayyibah diperoleh dalam bentuk tenangnya hati dan tentramnya jiwa serta tidak disibukkan dengan godaan-godaan yang memalingkan hatinya. Bentuk lainnya, Allah memberikan rizki yang halal lagi baik kepadanya dari jalan yang tak disangka-sangka.
Ali bin Abi Thalib menafsirkannya dengan qana'ah (merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah).
Al-Dhahak berkata, "Ia (hayah thayyibah) adalah rizki halal dan ibadah di dunia." Dalam perkataan beliau yang lain, "Ia adalah amal ketaatan dan senang dengannya."
Yang benar menurut Ibnu Katsir, Hayah Thayyibah mencakup semua ini secara keseluruhan. hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih, "Sungguh beruntung orang yang telah masuk islam, diberi rizki yang cukup, dan diberikan rasa cukup (qana'ah) oleh Allah atas apa yang telah diberikan kepadanya." (HR. Muslim, al-Tirmidzi dan Ahmad)
Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إن الله لا يظلم المؤمن حسنة يعطى بها في الدنيا ويثاب عليها في الآخرة وأما الكافر فيعطيه حسناته في الدنياحتى إذا أفضى إلى الآخرة، لم تكن له حسنة يعطى بها خيرًا
"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi kebaikan seorang mukmin, ganjarannya diberikan di dunia dan dibalas di akhirat. Adapun orang kafir, semua kebaikan-kebaikannya diberikan balasannya di dunia sehingga apabila di kahirat tidak ada lagi balasan kebaikan yang akan diberikan kepadanya."
. . . Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan, tidaklah disebut amal shalih kecuali dengan iman. . .
Perpaduan Iman dan Amal Shalih
Sesungguhnya iman adalah syarat sah dan diterimanya amal shalih. Bahkan, tidaklah disebut amal shalih kecuali dengan iman. Sementara iman menuntut amal shalih. Yakni keyakinan yang mantap yang membuahkan amal shalih oleh anggota tubuhnya berupa mengerjakan amal-amal wajib dan sunnah. Maka siapa yang menggabungkan antara iman dan amal shalih, "maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Husain al-Ajuri al-Syafi'I berkata: "Ketahuilah oleh kalian –semoga Allah merahmati kami dan kalian- wahai Ahlul Qur'an, wahai Ahlul Ilmi, wahai Ahlus Sunan wal Atsar, dan wahai orang-orang yang telah Allah 'Azza wa Jalla  beri taufiq dalam dien ini berupa pengetahuan halal dan haram, Jika kalian mentadaburi Al-Qur'an sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla  telah perintahkan kepada kalian pastilah kalian tahu bahwa Alah 'Azza wa Jalla  telah mewajibkan kepada kaum mukminin beramal (shalih) sesudah mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla  tidaklah Allah memuji dan memberikan keridhaan kepada orang-orang beriman serta memasukkan mereka ke dalam surga dan menjauhkan mereka dari neraka kecuali dengan iman dan amal shalih. Allah telah menggandengkan amal shalih bersama iman. Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah Allah beri beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. Sehingga jadilah iman seseorang itu tidak sempurna kecuali ia membenarkan dengan hatinya, mengucapkan dengan lisannya, dan mengamalkan iman dengan anggota badannya. Tidak diragukan lagi, siapa yang meneliti Al-Qur'an ia akan mendapatkan sebagaimana yang telah aku sebutkan.
Ketahuilah –semoga Allah merahmati kami dan kalian- sungguh aku telah meneliti isi Al-Qur'an, aku dapatkan di 59 tempat  dari Kitabullan 'Azza wa Jalla  apa yang telah aku sebutkan. Bahwa Allah Tabaraka Wa Ta'ala tidak memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman semata. tetapi Allah masukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Nya kepada mereka dan dengan taufiq-Nya kepada mereka berupa iman dan amal shalih."
. . . Allah tidak memasukkan mereka ke surga hanya dengan klaim iman semata sehingga mereka menggabungkan amal shalih yang telah Allah beri beri taufiq kepadanya ke dalam imannya. . .
Kemudian beliau menyebutkan beberapa ayat Al-Qur'an, di antaranya:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى
"Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)." (QS. Thaahaa: 25)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Nahl: 97)
'Iman' Semata Belum Cukup
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewanti-wanti hambanya agar tidak beragama seperti orang Ahli kitab terdahulu. Beragama mereka berhenti pada klaim dan kebanggaan semata. Mereka tidak ikuti pengakuan iman dengan ketundukan diri untuk taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?"." (QS. Al-Maidah: 18) 
Imam Qatadah, al-Dhahak, dan selainnya berkata: Kaum muslimin (para sahabat Nabi) dan ahli kita saling berbangga. Ahlu Kitab berkata, "Nabi kami sebelum nabi kalian dan kitab kami sebelum kitab kalian, karenanya kami lebih mulia di sisi Allah dari kalian." Kaum muslimin menjawab, "Kami lebih mulia di sisi Allah daripada kalian karena nabi kami adalah penutup para nabi dan kita kami menjadi pemutus atas kitab-kita sebelumnya." Kemudian Allah turunkan,
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." (QS. Al-Nisa': 123)
Kemudian Allah sebutkan siapa yang akan mulia disi Allah dan berhak memasuki surga-Nya,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
. . . berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. . .
Kesimpulannya
Kebahagiaan di dunia dan akhirat didapatkan dengan iman dan amal shalih. Klaim iman yang kuat namun kosong dari amal shalih tidaklah mendatangkan manfaat bagi pelakunya. Sehingga ia menggabungkan amal shalih dalam imannya.
Dari sini kita tahu, berislam itu tidak cukup dengan berhayal dan berangan-angan semata. Tapi harus ada aksi nyata dari keislamannya, berupa ketundukan diri dan keiskhlasan untuk mengerjakan ketaatan dan amal shalih. Siapa yang sedikit amalnya tidak akan menjadi mulia hanya karena keturunannya, jabatannya, atau kekayaannya. Wallahu Ta'ala A'lam.

0 komentar:

Posting Komentar