Sabtu, 19 Januari 2013

Pasar Rabu di Malaysia


Benar, di Malaysia juga ada Pasar Rabu. Tenda para penjual dibuka setiap hari Rabu di depan kompleks perumahan kami, Bandar Universiti (Bandar-U). Kalau hari Senin, pasarnya buka di dekat perumahan Metro Pengkalan. Kalau Selasa, saya tidak tahu. Kalau Sabtu pagi bukanya juga di depan Bandar-U (tapi penjualnya tidak banyak).


Jualannya beragam, mulai dari sayur-mayur, ayam, daging, ikan segar (beserta bangsa seafood yang lain), buah, baju, jajanan pasar, sup daging, mainan anak, sampai CD murottal Alquran.
Ada juga yang menyebutnya “pasar malam” karena transaksi jual-beli dimulai pukul 4 sore sampai sekitar pukul 9:30 malam.
“Pasar kaki lima” semacam ini masih dilestarikan pemerintah untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat. Jadi, meskipun Malaysia termasuk negara yang subur Departement Store dan Pusat Perbelanjaan, pasar tradisional semacam ini masih ramai didatangi orang.
Yang datang ke pasar macam-macam. Karena tempat tinggal kami berada dekat dengan kampus Universiti Teknologi Petronas (UTP) dan Universiti Mara, pembeli di pasar ini berasal dari berbagai suku bangsa dan bahasa, dari berbagai kalangan umur, dari berbagai profesi. Di pasar ini, para mahasiswa bisa bertemu dengan dosennya yang juga sedang sibuk pilih-pilih sayur. Para pedagang fasih berbahasa Inggris ketika bertransaksi dengan orang Sudan, Nigeria, Afrika, Palestina, Arab Saudi, Yaman, Mesir, Pakistan, Vietnam, atau Thailand. Anak-anak kecil dengan senang hati menemani ibu mereka berbelanja karena bermacam jajanan pasar dan permainan juga bisa dibeli di Pasar Rabu.
Penjualnya pun ada orang Melayu, India, dan Cina. Malaysia memang berpenduduk orang-orang keturunan Melayu, India, dan Cina. Tapi semuanya bisa berbahasa Melayu. Seperti kalau di Indonesia, ada warga Indonesia yang berdarah Cina, India, maupun Arab yang sudah beranak-pinak di negeri Nusantara sehingga bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa keseharian mereka.
Yang bisa kami amati, dalam hitungan pekan tampaknya hypermart di pojokan depan Bandar-U sudah akan mulai beroperasi. Pilihan masyarakat semakin bertambah. Selain itu, persaingan-sehat antara para pedagang di ruko-ruko sekitar kompleks, hypermart, dan pasar-kaki-lima akan semakin berwarna.
Belanja di tempat yang berbeda pasti menawarkan hal yang berbeda pula. Beberapa barang di hypermart memang lebih murah. Tempatnya pun nyaman ber-AC. Tapi…musiknya itu bikin kita benar-benar risih.
Belanja di pasar-kaki-lima atau di ruko-biasa sering kali menawarkan harga yang lebih mahal. Tapi kalau yang jualan adalah seorang muslim, bisa saja kita berniat belanja di sana karena ingin membantu saudara kita sesama muslim yang mencari nafkah secara halal. Kalau semua orang belanja di hypermart, kasihan para pedagang kecil mesti rebutan pasaran pembeli yang semakin sedikit.

0 komentar:

Posting Komentar